Senin, 28 Desember 2015

POLA HUNIAN MANUSIA PURBA, SEBELUM MENGENAL TULISAN, dan MANUSIA MENGENAL API (SEJARAH INDONESIA KELAS X)



Pola Hunian Manusia Purba
Melalui berbagai artefak yang ditemukan, para ahli mampu merekonstruksi kehidupan manusia purba pada zaman dahulu. Salah satunya adalah dalam menjawab bagaimanakah pola hunian manusia purba di Indonesia.
Pola hunian merupakan salah satu aspek penting dalam menganalisis kehidupan manusia zaman dahulu. Hal ini dikarenakan terdapat keterkaitan antara pola hunian dengan makanan yang diperoleh/dikonsumsi dan alat-alat yang dihasilkan. Oleh sebab itu, seringkali manusia purba zaman dahulu dibedakan kebudayaannya, yaitu kebudayaan pantai dan kebudayaan pedalaman. Mengenai hal ini Anda bisa membaca artikel tersebut disini. 
Pada dasarnya, pola hunian manusia pra aksara menunjukkan dua karaktrer khas yaitu : 
1) kedekatan dengan sumber air. dan 
2) Hidup di alam terbuka.
Kedekatan dengan sumber air bisa jadi merupakan salah satu hal terpenting yang wajib atau pokok didapatkan oleh manusia purba. Hal ini dikarenakan manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Dengan kata lain, manusia mengalami ketergantungan dengan air. Sementara itu, kehidupan di alam merupakan salah satu pola hunian yang dapat disimpulkan oleh para ahli. hal ini dapat dilihat berdasarkan letak geografis situs-situs serta kondisi lingkungannya. Misalnya, kita dapat menemukan beragam bukti, antara lain situs-situs pra aksara banyak ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo (Sangiran, Ngandong.Trinil, Sabung macan dan Ngawi). Dengan demikian, selain daerah tersebut memiliki sumber air yang cukup, juga merupakan daerah yang terbuka.
Pada awal kehidupan manusia, terdapat satu pola hunian yang masih berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pola tersebut sering disebut sebagai pola nomaden. Pola kehidupan nomaden adalah kehidupan yang berpindah-pindah seiring dengan kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka menempati gua-gua untuk melindungi terik/panas maupun hujan untuk sementara selagi masih dijumpai makanan yang cukup. Sementera itu karena alasan mobilitas, manusia pra aksara tidak memungkinkan untuk tinggal menetap, Hal ini dikarenakan mereka belum memiliki teknologi untuk mengolah makanan maupun bercocok tanam. Kehidupannya tergantung alam, kesediaan bahan makanan dari suatu tempat, hidup dalam komunitas-komunitas yang kecil, terisolasi dengan hutan tropis dan tidak ada kontak dengan dunia luar sehingga menutup kemungkinan mengadopsi budaya luar.
Salah satu hal menarik yang patut dikaji adalah adanya keterkaitan antara pola hunian dengan mata pencaharian manusia pra aksara. Hunian manusia pra aksara dilingkungan tepi sungai dekat mata air berkaitan dengan mata pencaharian manusia praaksara yaitu berburu dan mengumpulkan makanan. Karena air memiliki keberagaman manfaat bagi makhluk hidup,sehingga dis ekitar mata air banyak terdapat sumber makanan baik berupa hewan buruan maupun umbi-umbian dan sebagai sarana penghubung dalam memenuhi kebutuhan hidup. []


 Sebelum Mengenal Tulisan

Indonesia terletak di persimpangan tiga lempeng benua-ketiganya bertemu di sini-menciptakan tekanan sangat besar pada lapisan kulit bumi. Akibatnya, lapisan kulit bumi di wilayah ini terdesak ke atas, membentuk paparan-paparan yang luas dan beberapa pegunungan yang sangat tinggi. Seluruh wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi hebat dan letusan gunung berapi dahsyat yang kerap mengakibatkan kerusakan parah. Hal ini terlihat dari beberapa catatan geologis. Gempa bumi dan tsunami mengerikan yang dialami Aceh belum lama ini hanyalah episode terakhir dari seluruh rangkaian peristiwa panjang dalam masa prasejarah dan sejarah." (Arysio Santos, 2010)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa keberadaan tanah air kita tidak dapat dilepaskan dari rangkaian peristiwa alam yang sudah terjadi sejak zaman dahulu kala. Jadi, dinamika sejarah yang telah bermula sejak manusia ada, jika dirunut hingga sekarang, kita akan menemukan betapa kesinambungan sejarah tidak mudah terputus, betapa pun segala macam perubahan telah terjadi. Coba kamu renungkan, apakah yang terjadi ketika tawuran anak-anak sekolah berlangsung? Bukankah sering kali mereka saling melempar batu? Batu pula senjata yang paling awal digunakan umat manusia dalam mempertahankan hidupnya. Jadi anak sekolah di zaman modern ini—zaman yang bahkan dikatakan “era globalisasi”, ketika tiada lagi batas-batas yang menghambat hubungan kebudayaan—ternyata masih mempraktikkan tradisi manusia purba pada masa praaksara.
Untuk mengetahui apa, siapa, dan bagaimana kehidupan manusia zaman praaksara kamu dapat mempelajari bacaan di bawah ini. Manusia purba tidak mengenal tulisan dalam kebudayaannya. Periode kehidupan ini dikenal dengan zaman praaksara. Masa praaksara berlangsung sangat lama jauh melebihi periode kehidupan manusia yang sudah mengenal tulisan. Oleh karena itu, untuk dapat memahami perkembangan kehidupan manusia pada zaman praaksara kita perlu mengenali tahapan-tahapannya.


Sebelum mengenali tahapan-tahapan atau pembabakan perkembangan kehidupan dan kebudayaan zaman praaksara, perlu kamu ketahui lebih dalam apa yang dimaksud zaman praaksara. Praaksara adalah istilah baru untuk menggantikan istilah prasejarah. Penggunaan istilah prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya manusia saat belum mengenal tulisan adalah kurang tepat. Pra berarti sebelum dan sejarah adalah sejarah sehingga prasejarah berarti sebelum ada sejarah. Sebelum ada sejarah berarti sebelum ada aktivitas kehidupan manusia. Dalam kenyataannya sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk yang dinamakan manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Oleh karena itu, para ahli memopulerkan istilah praaksara untuk menggantikan istilah prasejarah. Praaksara berasal dari dua kata, yakni pra yang berarti sebelum dan aksara yang berarti tulisan. Dengan demikian zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Ada istilah yang mirip dengan istilah praaksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Karena belum ada tulisan maka untuk mengetahui sejarah dan hasil-hasil kebudayaan manusia adalah dengan melihat beberapa sisa peninggalan yang dapat kita temukan. Kapan waktu dimulainya zaman praaksara? Kapan zaman praaksara itu berakhir? Zaman praaksara dimulai sudah tentu sejak manusia ada, itulah titik dimulainya masa praaksara. Zaman praaksara berakhir setelah manusianya mulai mengenal tulisan. Pertanyaan yang sulit untuk dijawab adalah kapan tepatnya manusia itu mulai ada di bumi ini sebagai pertanda dimulainya zaman praaksara.
Sampai sekarang para ahli belum dapat secara pasti menunjuk waktu kapan mulai ada manusia di muka bumi ini. Tetapi yang jelas untuk menjawab pertanyaan itu kamu perlu memahami kronologi perjalanan kehidupan di permukaan bumi yang rentang waktunya sangat panjang. Bumi yang kita huni sekarang diperkirakan mulai terjadi sekitar 2.500 juta tahun yang lalu.
Bagaimana kalau kita ingin melakukan kajian tentang kehidupan zaman praaksara? Untuk menyelidiki zaman praaksara, para sejarawan harus menggunakan metode penelitian ilmu arkeologi dan sedikit banyak juga pada ilmu alam seperti geologi dan biologi. Ilmu arkeologi adalah bidang ilmu yang mengkaji bukti-bukti atau jejak tinggalan fisik, seperti lempeng artefak, monumen, candi dan sebagainya. Berikutnya menggunakan ilmu geologi dan percabangannya, terutama yang berkenaan dengan pengkajian usia lapisan bumi dan biologi berkenaan dengan kajian tentang ragam hayati (biodiversitas) makhluk hidup.
Mengingat jauhnya jarak waktu masa praaksara dengan kita sekarang, maka tidak jarang orang mempersoalkan apa perlunya kita belajar tentang zaman praaksara yang sudah lama ditinggalkan oleh manusia modern. Tetapi pandangan seperti ini sungguh menyesatkan, sebab tentu ada hubungannya dengan kekinian kita.
Beberapa di antaranya akan dikemukakan berikut ini. Data etnografi yang menggambarkan kehidupan masyarakat praaksara ternyata masih berlangsung sampai sekarang. Entah itu pola hunian, pola pertanian subsistensi, teknologi tradisional dan konsepsi kepercayaan tentang hubungan harmoni antara manusia dan alam, bahkan kebiasaan memiara hewan seperti anjing dan kucing di lingkungan manusia modern perkotaan. Demikian pula kebiasaan bertani merambah hutan dengan motede ‘tebang lalu bakar’ (slash and burn) untuk memenuhi kebutuhan secukupnya masih ada hingga kini. Namun, kebiasaan merambah hutan dan hidup berpindah-pindah pada masa lampau tidak menimbulkan malapetaka asap yang mengganggu penerbangan domestik. Selain itu, juga mengganggu bandara negara tetangga Singapura dan Malaysia seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini. Teknologi manusia modernlah yang mampu melakukan perambahan hutan secara besar-besaran, entah itu untuk perkebunan atau pertambangan, dan permukiman real estate sehingga menimbulkan malapetaka kabut asap dan kerusakan lingkungan. Arti penting dari pembelajaran tentang sejarah kehidupan zaman praaksara pertama-tama adalah kesadaran akan asal usul manusia. Tumbuhan memiliki akar. Semakin tinggi tumbuhan itu, semakin dalam pula akarnya menghunjam ke bumi hingga tidak mudah tumbang dari terpaan angin badai atau bencana alam lainnya. Demikian pula halnya dengan manusia. Semakin berbudaya seseorang atau kelompok masyarakat, semakin dalam pula kesadaran kolektifnya tentang asal usul dan penghargaan terhadap tradisi. Jika tidak demikian, manusia yang melupakan budaya bangsanya akan mudah terombang ambing oleh terpaan budaya asing yang lebih kuat, sehingga dengan sendirinya kehilangan identitas diri.
Jadi bangsa yang gampang meninggalkan tradisi nenek moyangnya akan mudah didikte oleh budaya dominan dari luar yang bukan miliknya. Kita bisa belajar banyak dari keberhasilan dan capaian prestasi terbaik dari pendahulu kita. Sebaliknya kita juga belajar dari kegagalan mereka yang telah menimbulkan malapetaka bagi dirinya atau bagi banyak orang. Untuk memetik pelajaran dari uraian ini, dapat kita katakan bahwa nilai terpenting dalam pembelajaran sejarah tentang zaman praaksara, dan sesudahnya ada dua yaitu sebagai inspirasi untuk pengembangan nalar kehidupan dan sebagai peringatan. Selebihnya kecerdasan dan pikiran-pikiran kritislah yang akan menerangi kehidupan masa kini dan masa depan. Sekarang muncul pertanyaan, sejak kapan zaman praaksara berakhir? Sudah barang tentu zaman praaksara itu berakhir setelah kehidupan manusia mulai mengenal tulisan. Terkait dengan masa berakhirnya zaman praaksara masing-masing tempat akan berbeda.

Penduduk di Kepulauan Indonesia baru memasuki masa aksara sekitar abad ke-4 dan ke-5 M. Hal ini jauh lebih terlambat bila dibandingkan di tempat lain misalnya Mesir dan Mesopotamia yang sudah mengenal tulisan sejak sekitar tahun 3000 SM. Fakta-fakta masa aksara di Kepulauan Indonesia dihubungkan dengan temuan prasasti peninggalan kerajaan tua seperti Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur.[gs]

 MANUSIA PURBA MENGENAL API?

    Api merupakan penemuan paling penting pada tahap kehidupan manusia purba.

Api merupakan penemuan paling penting pada tahap kehidupan manusia purba. Bagaimana tidak? Api merupakan sumber utama selain air untuk menjamin kemudahan hidup manusia purba. Bagi manusia saat ini, api merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Api sangat dibutuhkan manusia sebagai penerangan sebelum listrik ditemukan. Api juga sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari misalnya untuk kegiatan memasak, penerangan, sekaligus sebagai penghangat ruangan.
Lalu bagaimana manusia purba pertama kali mengenal api? Berdasarkan data arkeologi, penemuan api telah terjadi sejak 400.000 tahun yang lalu pada periode manusia Homo Erectus. Pada mulanya, manusia membuat api dengan dengan cara membenturkan batu dengan batu lainnya sehingga menghasilkan percikan api. Percikan tersebut kemudian ditangkap dengan dedaunan kering, lumut atau material kering lainnya sehingga menghasilkan api. Setelah api membesar, mereka menggunakan api tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu manusia purba membuat api juga bisa dilakukan dengan menggosok suatu benda dengan benda lainnya, baik secara berputar, berulang, atau bolak balik. Misalnya sepotong kayu keras digosokkan dengan kayu lainnya akan menghasilkan panas karena gesekan. Gesekan yang terus menerus akan menimbulkan panas, selanjutnya menghasilkan api berupa percikan yang dimulai biasanya dengan munculnya kepulan asap. Dengan proses yang sama dengan menangkap api tersebut dengan material yang mudah terbakar, mereka menggunakannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.
Adapun manfaat api bagi manusia pra aksara antara lain;
a. Menghangatkan diri dari cuaca dingin.
b. Dengan api kehidupan lebih bervariasi dan berbagai kemajuan akan tercapai.
c. Memperkenalkan manusia pada teknologi memasak makanan, yakni memasak dengan cara membakar dan menggunakan bumbu / ramuan tertentu.
d. Api digunakan sebagai senjata untuk mengusir binatang buas.
e. Api dapat dijadikan sumber penerangan.
f. Api dapat digunakan untuk membuka lahan pertanian dengan cara slash and burn ( menebang pohon di hutan kemudian membakarnya untuk dijadikan tanah garapan.
Demikian sekilas informasi tentang bagaimana manusia purba pada zaman dahulu mengenal dan memanfaatkan api. Semoga kita mampu mengambil manfaat dari kehidupan pada zaman dahulu

Trimakasih telah membaca :D
jangan Lupa share ya!!
sertakan Link..

Kamis, 21 Agustus 2014

Cheat Point Blank Terbaru.

Download Cheatnya disini
Download.

Fitur:
-ammo
-headshot
-wallhack

-quick change
-dll


cara pakai.

Selasa, 19 Agustus 2014

Cara Masuk Ke Blog Sendiri.

1.Pastinya anda Harus Mempunyai Blog dulu ya!!
Jika belum Punya daftar di Klik Disini.  dan Ikuti Toritorialnya.

2. Jika anda Sudah punya blog.
Pasti anda Pingin Buka Blog anda kunjungi www.blogger.com dan masukan Username dan password anda.

:D:D:D:D:D




Tamba